Rabu, 17 Februari 2016

KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT (KEM) DARI TIADA MENJADI ADA, DEDIKASI PERTAMINA DAN DUNIA PENDIDIKAN UNTUK MASYARAKAT INDONESIA



Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) yang dikembangkan oleh PT PERTAMINA (Persero) bersama sama dengan FLIPMAS (Forum Layanan Iptek bagi MASyarakat) merupakan program bina desa yang bertujuan untuk meningkatkan IPM (Index Pembangunan Manusia) yang merupakan pengukuran capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak, sedangkan komponen IPM adalah :
  •  Angka Harapan Hidup adalah  Angka Harapan Hidup (AHH) pada waktu lahir merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup.
  • Angka Melek Huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan   atau huruf lainnya.
  • Rata-Rata Lama Sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun keatas dalam menjalani  pendidikan formal.
  • Pengeluaran Riil per Kapita yang disesuaikan , UNDP mengukur standar hidup layak menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) riil yang disesuaikan, sedangkan BPS dalam menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson.
Untuk itu dalam penentuan lokasi KEM ditentukan oleh tingginya IPM suatu daerah , sehingga akan dipilih IPM terendah dalam suatu propinsi, sehingga dapat dikatakan lokasi KEM terdapat di daerah yang remote atau jauh dari perkotaan
NO
KEM / Desa
LOKASI
Flipmas Wilayah
Area
1
Tabadamai
Malut
GAMALAMA
Maluku Papua
2
Ohoidertawun
Maltra
MANISE
3
Asinua Jaya
Sultra
BUMI ANOA
Sulawesi
4
Kalimporo
Sulsel
MAMMIRI
5
Musi
Sulut
MAPALUS
6
Utaurano
7
Lingga
Kalbar
EQUATOR
Kalimantan
8
Simorejo
Jatim
LEGOWO
Jatimbalinus
9
Bengkala
Bali
NGAYAH
10
Gumantar
NTB
SASAMBO
11
Bannae
NTT
HETFEN
12
Tapenpah
13
Nunmafo
14
Lakat
15
Rinbesihat
16
Sumlili
17
Nifuboke
18
Nusa
19
Karanganyar
Jateng
DIANMAS
JBT
20
Merden
21
Kepuhsari
22
Girimulyo
23
Ngawu
DIY
JAGADHITA
24
Tegalwangi
Banten
BADUY
JBB
25
Karangwangi
Jabar
SABILULUNGAN
26
Kota Niur
Bengkulu
RAFLESIA B
Sumbagsel
27
Pudak
Jambi
KAJANGLAKO
28
Karanganyar
Sumsel
SRIWIJAYA
29
Partungko Naginjang
Sumut
MARTABE
Sumbagut
30
Sintuk
Sumbar
MINANGKABAU
31
Bantalan
Riau
BATOBO
32
Batu Bersurat

Proses awal pembangunan KEM adalah Flipmas Indonesia (FI) melalui Flipmas Wilayah (FW) berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk mencari informasi dimana ada daerah yang IPM nya rendah juga mencari informasi dimana ada lahan lahan yang marginal (tidak dapat diolah) dengan luasan minimal 5 hektar (HA), kemudian dari pihak FW survey awal ke lokasi tersebut apabila cocok akan berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat dan juga kepada para tokoh masyarakat atau tokoh adat desa tersebut
Awal program dibeberapa daerah banyak yang menyangsikan keberhasilannya, betapa tidak lahan yang sengaja ditelantarkan oleh pemiliknya karena tanahnya terlalu kurus sangat kurang unsur hara atau tanah yang sudah beracun karena sudah berpuluh tahun menggunakan pupuk kimia, tetapi dengan berjalannya waktu walau tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan perlahan tapi pasti tanah yang sebelumnya mati dan tidak bisa diapa apakan menjadi lahan yang hijau dan menghasilkan






Tetapi proses dari tanah bekas pupuk kima diganti dengan tanaman organic perlu proses pada musim tanam pertama belum begitu bagus tetapi di program tanam berikutnya sudah menampakkan hasilnya dan sehingga para petani desa tetangga banyak yang belajar untuk mengolah tanah marginal menjadi tanah atau lahan produktif
Sehingga para masyarakat yang sebelumnya mencari nafkah di kota kota besar tidak perlu lagi keluar kampung atau desanya karena mereka sudah bisa mendapatkan penghasilan harian misalnya sayur sayuran sehingga tidak perlu membeli lagi dan bisa menjualnya di pasar juga ada penghasilan mingguan ,penghasilan bulanan dan penghasilan tahunan berupa penjualan hasil kebun buah buahan selain bertani sayur mayur dan perkebunan para kelompok petani juga beternak domba, sapi dan kerbau, dari kotoran ternaknya para petani memanfaatkan menjadi pupuk kandang sebelumnya juga diolah menjadi biogas sehingga para ibu memasak di rumahnya tidak membeli gas atau minyak tanah sehingga dapat dikatakan para petani sudah mandiri secara energy (oleh Priyo Dwi Rianto)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar